BAB I
Pendahuluan
1.INDONESIA
Bawang
Merah Bawang Putih
Latar Belakang Masalah
Bawang
Merah Bawang Putih adalah dongeng populer Melayu Indonesia yang berasal dari
Riau. Kisah ini bercerita mengenai dua orang gadis cantik kakak beradik yang
memiliki sifat dan perangai sangat berbeda lagi bertolak belakang, serta
mengenai seorang ibu tiri yang tidak adil dan pilih kasih. Dongeng ini memiliki
tema dan pesan moral yang hampir sama dengan dongeng Cinderella dari Eropa.
Permasalahan
Bagaimana
seorang bawang putih dapat bertahan menjalani hidupnya dengan penuh
penderitaan. Karena ulah ibu dan si bawang merah yang senantiasa memerbudak si
bawang putih.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
Identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana
unsur intrinsik dongeng Bawang Merah
dan Bawang Putih?
2. Apakah
dongeng tersebut mengandung nilai-nilai moral?
3.
Nilai-nilai moral yang bagaimana yang terdapat dalam novel tersebut?
Sinopsis
Alkisah
di sebuah kampung, hiduplah seorang janda yang memiliki dua orang anak gadis
yang cantik, Bawang Merah dan Bawang Putih. Ayah kandung Bawang Putih telah
lama meninggal dunia. Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki sifat dan perangai
yang sangat berbeda dan bertolak belakang. Bawang Putih adalah gadis sederhana
yang rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati. Sementara Bawang Merah
adalah seorang gadis yang malas, sombong, suka bermewah-mewah, tamak dan
pendengki. Sifat buruk Bawang Merah kian menjadi-jadi akibat ibunya selalu
memanjakannya. Sang janda selalu memenuhi semua permintaan dan tuntutan Bawang
Merah. Selain itu semua pekerjaan di rumah selalu dilimpahkan kepada Bawang
Putih. Mulai dari mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah, hampir semua
pekerjaan rumah selalu dikerjakan oleh Bawang Putih seorang diri, sementara
Bawang Merah dan Ibu Tiri selalu berdandan dan bermalas-malasan. Jika mereka
memerlukan sesuatu, tinggal menyuruh-nyuruh Bawang Putih.
Bawang
Putih tak pernah sekalipun mengeluhkan nasib buruknya. Ia selalu siap sedia
melayani sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya dengan senang hati. Pada suatu hari
Bawang Putih tengah mengerjakan pekerjaan rumah mencuci pakaian milik Ibu Tiri
dan Saudari Tirinya. Akan tetapi Bawang Putih tak menyadari bahwa sehelai kain
milik Ibu Tirinya telah hanyut terbawa arus sungai. Ketika Bawang Putih
menyadarinya, ia sangat sedih dan takut bila diketahui hilangnya kain itu, maka
ia akan dimarahi dan disalahkan oleh Ibu Tirinya. Bukan mustahil bahwa Bawang
Putih akan dihukum bahkan diusir dari rumahnya.
Khawatir
kehilangan kain tersebut, Bawang Putih dengan gigih dan tekun tetap mencarinya
sambil berjalan menyusuri sepanjang sungai yang berarus deras itu. Tiap kali
bertemu seseorang di sungai ia selalu menanyakan apakah mereka melihat kain
tersebut. Sayang sekali tak seorangpun yang melihat dimana kain hanyut itu
berada. Hingga pada akhirnya Bawang Putih tiba di bagian sungai yang mengalir
ke dalam gua. Ia sangat terkejut ketika mengetahui ada seorang nenek tua yang
tinggal di dalam gua tersebut. Bawang Putih menanyai nenek tua itu mengenai
keberadaan kain Ibu Tirinya. Nenek tua itu mengetahui dimana kain itu berada,
akan tetapi ia mengajukan syarat bahwa Bawang Putih harus membantu pekerjaan
sang nenek tua. Karena telah terbiasa bekerja keras, dengan senang hati Bawang
Putih menyanggupi untuk membantu sang nenek merapikan dan membersihkan gua
tersebut. Nenek tua itu sangat puas dengan hasil pekerjaan Bawang Putih. Pada
sore harinya Bawang Putih berpamitan kepada sang nenek. Sang nenek itu kemudian
mengembalikan kain milik Ibu Tiri Bawang Putih yang hanyut di sungai, seraya
menawarkan kepada Bawang Putih dua buah labu sebagai hadiah atas pekerjaannya.
Dua buah labu itu berbeda ukuran, satu besar dan yang lainnya kecil. Karena
Bawang Putih tidak serakah dan tamak, ia memilih labu yang lebih kecil.
Ketika
kembali ke rumah, sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya amat marah karena Bawang
Putih terlambat pulang. Bawang Putih pun menceritakan apa yang telah terjadi.
Ibu Tiri yang tetap marah karena Bawang Putih hanya membawa sebutir labu kecil,
ia kemudian merebutnya dan membanting buah itu ke tanah. "Prak..."
pecahlah labu itu, akan tetapi terjadi suatu keajaiban, di dalam labu itu
terdapat perhiasan emas, intan, dan permata. Mereka semua terkejut dibuatnya.
Akan tetapi karena Ibu Tiri dan Bawang Merah adalah orang yang tamak, mereka
tetap memarahi Bawang Putih karena membawa labu yang lebih kecil. Jika saja
Bawang Putih memilih buah yang lebih besar, tentu akan lebih banyak lagi emas,
intan, dan permata yang mereka dapatkan.
Karena
sifat serakah dan tamak, Bawang Merah berusaha mengikuti apa yang dilakukan
Bawang Putih. Dengan sengaja ia menghanyutkan kain milik ibunya, kemudian
berjalan mengikuti arus sungai dan menanyai orang-orang yang ia temui. Akhirnya
Bawang Merah tiba di gua tempat nenek itu tinggal. Tidak seperti Bawang Putih,
Bawang Merah yang malas menolak membantu nenek itu. Ia bahkan dengan sombongnya
memerintahkan nenek tua itu untuk menyerahkan labu besar itu. Maka nenek tua
itu pun memberikan labu besar itu kepada Bawang Merah.
Dengan
riang dan gembira Bawang Merah membawa pulang labu besar pemberian nenek tua
itu. Telah terbayang dalam benaknya betapa banyak perhiasan, intan, dan permata
yang akan ia miliki. Sang Ibu Tiri pun dengan gembira menyambut kepulangan
putri kesayangannya itu. Tak sabar lagi mereka berdua memecahkan labu besar
itu. Akan tetapi apakah yang terjadi? Bukannya perhiasan yang didapat, dari
dalam labu itu keluar berbagai macam ular dan hewan berbisa. Mereka berdua lari
ketakutan. Baik Ibu Tiri maupun Bawang Merah akhirnya menyadari sifat buruk dan
ketamakan mereka. Mereka menyesali bahwa selama ini telah berbuat buruk kepada
Bawang Putih dan memohon maaf pada Bawang Putih. Bawang Putih yang baik hati
pun memaafkan mereka berdua.
Unsur
Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini
berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya.
Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Bawang Merah Bawang Putih itu sebagai
berikut:
a) Tema
Kebaikan
dan kesabaran seseorang
b) Penokohan
Bawang
Putih : gadis sederhana yang rendah
hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati
Bawang
Merah : seorang gadis yang malas, sombong, suka bermewah-mewah, tamak dan
pendengki
Ibu
Tiri : malas, kejam, tamak
Nenek
Tua : baik
c) Amanat
Janganlah
tamak dan sombong kepada saudara sendiri
d) Latar
Sungai,
rumah, dan gua
e) Alur
(plot)
Alur
maju
f) Gaya
bahasa
-
g) Sudut
Pandang/ point of view
Orang
ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a) Norma-norma
Norma
sosial: Hendaknya saling menyayangi
sesama saudara
Menganiaya
anak yatim piatu
2.EROPA
Snow
White (Putih Salju)
Latar Belakang Masalah
Putih
Salju, (Inggris: Snow White, dalam Jerman, Schneewittchen, Turun salju pada
edisi pertama adalah karakter fiksi dalam cerita dongeng yang berasal dari
beberapa tempat di Eropa, versi yang paling terkenal adalah cerita oleh Grimm
Bersaudara. Pada versi Jerman, terdapat elemen seperti cermin dan tujuh
kurcaci.
Pada
klasifikasi cerita rakyat Aarne-Thompson, Putih Salju masuk ke dalam grup 709.
Cerita lain yang masuk ke dalam grup ini adalah Bella Venezia, Myrsina, Nourie
Hadig, The Young Slave and Gold-Tree and Silver-Tree.
Permasalahan
Kebanyakan
orang Indonesia (termasuk para penerjemah & editor) selalu salah kaprah
menerjemahkan "Putih Salju" (Snow White) menjadi "Putri
Salju" (Snow Princess), kesalahan penamaan yang akhirnya menjadi lebih
umum, akan tetapi terjemahan yang benar adalah "Putih Salju". Princess
Snow White (Putri Putih Salju) adalah tokoh dongeng dari Eropa sedangkan Snow
Princess (Putri Salju) adalah terjemahan untuk 雪姫 (ゆきひめ Yuki-Hime), sebutan untuk siluman
wanita salju dari Jepang. keduanya adalah tokoh yang berbeda dan tidak saling
berhubungan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Identifikasi
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana
unsur intrinsik dongeng Puteri salju
(snow white)?
2. Apakah
dongeng tersebut mengandung nilai-nilai moral?
3.
Nilai-nilai moral yang bagaimana yang terdapat dalam dongeng tersebut?
Sinopsis
Alkisah
seorang putri muda yang tinggal di istana bersama ibu tirinya. Snow White
memiliki suara yang merdu. Diperlakukan buruk oleh ibu tirinya, Snow White
tetap ceria. Ketika sedang menimba di sumur sambil bernyanyi, Snow White didatangi
seorang pangeran. Sang Pangeran ikut bernyanyi dan Snow White jadi malu.
Pangeran menyanyi lagu cinta, dan sejak itu, ia jatuh cinta pada pangeran.
Ibu
tirinya tidak senang Snow White menjadi gadis tercantik. Dia pun ingin membunuh
Snow White. Snow White lalu dibawa ke hutan oleh pemburu. Di hutan, Snow White
bertemu seekor burung kecil yang kehilangan orangtuanya. Pemburu yang hendak
membunuh Snow White tidak tega melaksanakan perintah sang ratu. Dia pun
menyuruh Snow White kabur.
Snow
White berlari ke dalam hutan. Dia ketakutan, terjatuh dan menangis. Namun
binatang-binatang hutan datang dan menghiburnya. Dia kemudian dibawa para
binatang ke pondok kurcaci. Menemukan rumah kurcaci kotor, Snow White
berinisiatif untuk membersihkannya. Karena kelelahan, Snow White tertidur. Saat
terbangun, Snow White berteman baik dengan para kurcaci.
Ketika
ketujuh kurcaci pergi menambang permata, ibu tiri yang telah berubah wujud
melalui ramuan menjadi nenek tua datang ke pondok kurcaci. Ia menipu Snow White
yang sedang membuat kue pai. Katanya, kalau Snow White memakan apel
pemberiannya sambil mengucapkan harapannya, harapan Snow White akan terkabul.
Snow White memakan apel itu, dan ia malah jatuh tak sadarkan diri.
Snow
White yang makan apel beracun tidak terselamatkan. Dia akhirnya diletakkan di
dalam peti kaca. Pada musim semi, pangeran yang mendengar kabar tentang
meninggalnya Snow White, mencari dan berhasil menemukannya. Dia mencium Snow
White dan Snow White pun terbangun. Pangeran dan Snow White pergi menuju istana
dan hidup bahagia. (kpl/dew)
Snow
White adalah dongeng fiksi yang berasal dari beberapa tempat di Eropa, versi
yang paling terkenal adalah cerita oleh Brothers Grimm. Pada versi Jerman,
terdapat elemen 7 kurcaci dan cermin.
Selain
itu, di akhir cerita, dikisahkan bahwa Putri Salju yang tewas setelah makan
apel beracun, hidup lagi berkat ciuman seorang Pangeran. Setelah Putri Salju
diboyong ke istana, sang Ratu dihukum. Namun berbeda dengan versi yang anda
ketahui, hukuman untuk Sang Ratu sangatlah kejam. Kakinya dipasung dengan
sepatu besi dan si Ratu dipaksa menari sampai mati di hadapan Putri Salju.
Unsur
Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini
berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya.
Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Putri Salju itu sebagai berikut:
a. Tema
Kekuatan Cinta
b. Penokohan
Puteri salju: pemalu,
baik, rajin
Ibu Tiri : jahat, licik
Pangeran : baik, perhatian
Kurcaci : baik
c. Amanat
Janganlah tamak kepada
orang lain
d. Latar
Istana, hutan,
e. Alur
(plot)
Alur maju
f. Gaya
bahasa
-
g. Sudut
Pandang/ point of view
Orang ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a. Norma-norma
Norma
sosial : saling membantu antar sesama, dan saling menyayangi.
3.JEPANG
PUTRI
HASE: Dongeng Klasik dari Negeri Jepang
Latar Belakang Masalah
Entah
mengapa, ibu tiri selalu digambarkan sebagai sosok yang kejam. Padahal tidak
semua ibu tiri seperti itu, ada juga ibu tiri yang berhati mulia, dan sayang
terhadap anak tirinya dan menganggap mereka sebagai anak kandungnya sendiri.
Dan saya cukup mengenal banyak ibu tiri yang berhati mulia.
Permasalahan
Dalam
buku Putri Hase atau Hase-Hime, sekali lagi ibu tiri di tampilkan sebagai sosok
ibu yang kejam. Ibu yang selalu memusuhi anak tirinya dan berusaha keras
menyingkirkannya karena dianggap sebagai pesaing dan penghalang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Identifikasi
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana
unsur intrinsik dongeng Puteri Hase?
2. Apakah
dongeng tersebut mengandung nilai-nilai moral?
3.
Nilai-nilai moral yang bagaimana yang terdapat dalam dongeng tersebut?
Sinopsis
Berawal
dari wafatnya putri Murasaki sang permaisuri, ibunda dari Hase-Hime yang saat
itu baru berusia lima tahun. Pangeran Toyonari Fujiwara sang raja, kemudian
menikah lagi dengan Putri Terute. Namun ternyata sifat Putri Terute tidak
secantik wajahnya. Ia sangat membenci Putri Hase-Hime, anak tirinya, walaupun
sang Putri Terute sudah melahirkan seorang anak laki-laki, yang menurut adat
kerajaan sudah bisa dipastikan sebagai calon pengganti sang raja. Akan tetapi
tetap saja hatinya tidak rela melihat sang raja membagi kasih sayangnya kepada
Putri Hase.
Saat
Festival Liam Mei, Putri Terute berniat memberikan minuman anggur yang telah ia
beri racun untuk anak tirinya. Alih-alih memberikan anggur beracun itu kepada
anak tirinya, putra kesayangannyalah yang meminum anggur beracun itu. Tragis
nasib Sang pengeran cilik, tiba-tiba ia menjerit-jerit dan ambruk ke lantai
disertai kejang-kejang karena kesakitan.
Mendapati
kejadian tragis yang telah menimpa putra semata wayangnya, alih-alih insyaf dan
bertobat, Putri Terute semakin menaruh dendam terhadap Putri Hase. Berbagai
daya upaya dilakukan guna melenyapkan sang putri yang tak berdosa itu. Maka,
pada suatu hari Putri Terute memesan racun dan menaruhnya di anggur yang manis.
Anggur beracun ini ditaruh dalam sebuah botol. Ke dalam botol serupa lainnya
diisinya dengan anggur yang baik. Pada Festival Lima Mei, anak itu, Hase-Hime
sedang bermain dengan adik tirinya. Semua mainan yang terdiri dari para ksatria
dan pahlawan disebar dan ia menceritakan kisah-kisah para pahlawan dan ksatria
itu satu demi satu. Mereka berdua tengah menikmati waktu main-main dan tertawa
riang dengan para pelayan mereka ketika ibunya masuk dengan dua botol anggur
dan beberapa kue yang enak.
“Kalian
berdua sangat baik dan bahagia,” kata Putri Terute yang jahat dengan seulas
senyum. “Aku bawakan untuk kalian anggur sebagai hadiahnya. Ini juga ada
beberapa kue yang enak untuk anak baikku.”
Ia
menuang dua cangkir dari botol yang berbeda.
Hase-Hime
yang tak pernah membayangkan watak jahat ibu tirinya sedang bekerja. Ia
mengambil salah satu cangkir anggur dan memberikan cangkir anggur yang lain
pada adik tirinya.
Perempuan
jahat itu telah dengan hati-hati menandai botol yang diracun. Namun, karena
masuk ke ruangan itu dengan perasaan gelisah dan menuangkan anggur dengan
tergesa-gesa, secara tanpa sadar memberikan cangkir anggur beracun pada anak
lelakinya sendiri. Sepanjang waktu ia memperhatikan putri kecil itu dengan
cemas. Ia terheran-heran karena tak ada perubahan apa-apa di wajah putri kecil
itu. Tiba-tiba anak lelakinya menjerit dan ambruk ke lantai, kejang-kejang
karena kesakitan.
Unsur
Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini
berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya.
Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Puteri Hase itu sebagai berikut:
a. Tema
Ketamakan
seorang ibu tiri
b. Penokohan
Hase-Hime : baik,
Pangeran Toyonari Fujiwara: baik,
Putri Terute : kejam, tamak, pendendam
c. Amanat
Perbuatan
yang tidak baik akan mendapat balasannya
d. Latar
Istana
e. Alur
(plot)
Alur
maju
f. Gaya
bahasa
-
g. Sudut
Pandang/ point of view
Orang
ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a. Norma-norma
Norma
sosial : sesama manusia hendaklah saling
menyayangi bukan menjatuhkan
4.CINA
Cinderella
Latar Belakang Masalah
Cinderella
adalah dongeng tradisional dengan versi yang dijumpai di banyak negara, dengan
berbagai variasi.
Cinderella
menjadi dongeng paling populer di dunia. Digubah dalam berbagai versi cerita
dari abad ke abad. China paling awal menulis cerita ini pada tahun 860. Cerita
ini tercatat dalam buku zaman Dinasti Tang berjudul The Miscellaneos Record of
Yu Yang yang ditulis Tuan Chi’ing-Shih.
Charles
Perrault, penulis Perancis membuat versi lain pada tahun 1697. Bersumber pada
cerita rakyat yang ditulis Giambattista Basile tahun 1634. Perrault juga
menulis cerita popular lainnya seperti Kisah Si Kerudung Merah, Kucing dalam
Sepatu Boots, dan Putri Tidur (Sleeping Beauty). Walt Disney Production
kemudian membuat Cinderella versi kontemporer dalam sebuah film animasi dan
dirilis oleh Buena Vista Pictures tahun 1950.
Permasalahan
Versi
yang paling populer menceritakan tentang seorang gadis yang tinggal bersama ibu
tiri dan kakak tirinya yang jahat. Pada zaman dahulu kala,ada seorang gadis
yang baik hati bernama Cinderella.Dia sangat baik hati dan cantik.tetapi
sayang,ayahnya telah meninggal dunia.dan sepeninggal ayahnya ia tinggal bersama
ibu dan saudara tirinya.setiap hari ia disiksa,dengan cara disuruh mencuci
piring,mengepel lantai dan melayani mereka.Walaupun begitu Cinderella tetap
percaya bahwa suatu hari ia akan hidup bahagia.Suatu hari,seorang pangeran
ingin mencari permaisuri maka diadakanlah sebuah pesta dansa besar di istana,
tetapi Cinderella tidak diijinkan untuk ikut. Tetapi, Ibu Peri datang dan
menolongnya. Cinderella pun disulap menjadi seorang putri cantik. Di istana,
sang pangeran jatuh cinta pada Cinderella, lalu mengajaknya berdansa.
Cinderella jadi lupa, bahwa ia tak boleh pulang lebih dari jam 12, karena pada
jam itu semua sihir Ibu Peri berakhir. Denting lonceng pukul 12 terdengar, dan
Cinderella berlari. Tak terasa, sebelah sepatu kacanya terlepas dan tercecer di
tangga istana. Sang pangeran memungutnya, dan mengumumkan barangsiapa kakinya
pas dengan sepatu itu, siapapun dia, akan dia jadikan isteri. Namun, sepatu itu
tidak pas di kaki siapapun yang mencobanya, termasuk 2 kakak tiri Cinderella.
Cinderella lalu ikut mencoba, dan kakinya pas! Cinderella akhirnya menikah
dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya.
Masyarakat
barat menyebut cerita Cinderella sebagai fairytales. Meski fairy berarti peri,
pengertian fairytales lebih luas sebagai cerita imajinatif yang tokoh-tokohnya
tidak ada di alam nyata, seperti peri dalam kisah Peter Pan, kurcaci dalam
cerita Putri Salju, atau putri duyung. Kalimat khas dalam setiap fairytales
adalah “once upon a time” sebagai pembuka cerita. Akar dongeng atau fairytales
tak diketahui. Keduanya berkembang menjadi tradisi lisan yang dilakukan turun
temurun. Cerita diadopsi oleh masyarakat setempat dengan budaya yang berbeda,
sehingga lahir berbagai versi.
Bangsa
barat sudah lebih dulu melek literasi dengan menuliskan dongeng ke dalam buku.
Penulis Prancis, Madame d'Aulnoy menerbitkan buku pada abad ke-17. Dongeng saat
itu ditujukan untuk semua umur. Salah seorang penulis dongeng terkenal adalah
Grimms bersaudara asal Jerman yaitu Jacob and Wilhem. Mereka menulis ulang dongeng-dongeng
daratan Eropa seperti Cinderella, Putri Salju, Hanzel and Gretel dan lain-lain.
Unsur
Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini
berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya.
Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Ciderella itu sebagai berikut:
a. Tema
Kesabaran
yang berbuah manis
b. Penokohan
Cinderella : baik hati,
Ibu
Tiri : jahat,
Kakak
Tiri : jahat, pemalas, tamak,
Pangeran : baik, perhatian,
Ibu
Peri : baik, penolong,
c. Amanat
Janganlah
iri terhadap kelebihan seseorang
d. Latar
Rumah,
istana,
e. Alur
(plot)
Alur
maju
f. Gaya
bahasa
-
g. Sudut
Pandang/ point of view
Orang
ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a. Norma-norma
Norma
sosial : saling menolong
5.China
Putri
Ong Tien
Latar Belakang Masalah
Bahagiakan
hatimu, Puteri. Temukan perasaan cintamu. Cinta membuat dirimu hidup sebagai
seorang perempuan....”
bisik
Nona Mei Hua pelan.
Permasalahan
Sebagai
seorang putri kaisar, Putri Ong Tien menyerahkan nasibnya pada sang ayahanda.
Dengan siapa ia akan menikah kelak merupakan keputusan sepenuhnya dari sang
ayah. Ia tidak mengerti apa itu cinta, apa yang membuat Nona Mei Hua, selir
ayahnya bersedia dihukum demi rasa cintanya.
Sinopsis
Sosok
Putri Ong Tien benar-benar mewakilli sosok perempuan China yang elegan dan
cerdas. Ia juga merupakan kesayangan ayahnya.
Dibandingkan dengan putra-putri
yang lain, Putri Ong Tien terlihat lebih menonjol di bidang ilmu pelajaran dan
kesenian. Ia paling senang jika mendapat kesempatan mendengarkan cerita tentang
negeri seberang dari para pedagang atau penjelajah samudra yang menghadap
kaisar.
Suatu
saat, Putri Ong Tien medengarkan cerita
mengenai seorang ulama bernama Syarif Hidayatullah . Betapa hebat ilmu yang
dimilikinya. Kemampuanya mengobati orang banyak telah telah sampai ke telinga
kaisar. Sang Putra langit ingin bertemu untuk mengetahui seberapa besar
kemampuannya. Dibuatlah semacam tes guna
menguji kemampua Syarif Hidayatullah
Kedatangan
Syarif Hidayatullah ke istana ternyata mengakibatkan sebuah peristiwa yang
menghebohkan. Peristiwa Putri Ong Tien
hamil bokor kuningan! Putra Langit yang marah mengusir Syarif Hidayatullah yang
dianggap sebagai penyebab semua malapetaka. Alih-alih mendapat anugrah, Syarif
Hidayatullah dipaksa meninggalkan China, juga Putri Ong Tien yang merana
merendam rindu.
"Aku merindukannya, Nona Shu. Aku sangat merindukannya,"
kata Putri Ong Tien kepada pengasuhnya.
Walau
harus menempuh banyak rintangan dan bahaya serta kondisinya, sang putri sudah
bertekad akan pergi ke Jawa. Tekatnya sudah bulat. Kelak ini membuahkan banyak
hal. Badai laut yang menyebabkan kapal karam penuh muatan keramik dan harta
berharga lainnya kelak akan merupakan
harta yang tak tenilai. Salah seorang menterinya malah menjadi penguasa
disebuah kadipaten.
Tekat sang putri untuk menjadi bagian dari
Kesultanan Cirebon membuatnya diterima
baik di lingkungan kerajaan. Ia tidak saja membawa suasana baru bagi
lingkungan, namun juga bagi perkembangan kehidupan bermasyarakat disana. Wujud penerimaan pihak kerabat bisa dilihat dari adanya makam sang putri di
Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati. Tidak semua istri Sunan Gunung Jati
dimakamkan disana.
Kisah
ini menurut pembuatnya Hj Winny Gunarti merupakan sebuah faksi, fakta dan
fiksi. Kisah seorang putri Cina yang
mengandung bokor kuningan sudah cukup dikenal dimasyarakat. Kegemaran membatik
sang putri dengan gambar dan warna cerah juga dikenal sebagai batik
Cirebonan. Sebuah kisah yang didasari
fakta sejarah yang dibalut fantasi,
sebuah faksi.
Unsur
Intrinsik
Unsur
intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini
berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya.
Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Putri Ong Tien itu sebagai berikut:
a. Tema
Cinta
membuat dirimu hidup sebagai seorang perempuan
b. Penokohan
Putri
Ong Tien : elegan, cerdas,
penyabar
Nona
Men Hua: baik, perhatian,
Syarif
Hidayatullah: baik,
c. Amanat
Jangan
patah semangat menjalani hidup, meskipun rintangan menghadang
d. Latar
Istana,
e. Alur
(plot)
Alur
maju
f. Gaya
bahasa
-
g. Sudut
Pandang/ point of view
Orang
ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a. Norma-norma
Norma
adat : pengusiran seorang anak
perempuan yang hamil di luar pernikahan
Norma
sosial : saling membantu sesama
Kesimpulan
Setiap
kebaikan pasti akan berbuah manis dan begitu juga sebaliknya, kejahatan akan
dibalas dengan hal yang setimpal dengan perbuatannya. Sebagian dari dongeng
yang banyak kita lihat maupun dengar adalah kisah nyata dari beberapa negara.
Dongeng yang masih ada saat ini adalah turun temurun yang di salurkan melalui
lisan maupun tulisan oleh nenek moyang kita.
Setiap
dongeng dari berbagai negara di atas mempunyai cara tersendiri untuk
menceritakan dongengnya masing-masing. Biasanya latar yang dipakai pada
dongeng-dongeng itu adalah istana, baik itu latar utama maupun sampingan. Dan
bercerita tentang penderitaan anak tiri yang kemudian mendapatkan kebahagiaan
pada akhir cerita.
Daftar Pustaka
Ambarita, B. dan Atika Wasilah. 2012.
Sejarah Sastra Indonesia. Medan: Universitas
Negeri Medan.
K.S, Yudiono. 2007. Pengantar Sejarah
Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.
Mursini dan Atika Wasilah. 2011. Teori
Sastra. Medan : Universitas Negeri Medan.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori
Sastra. Jakarta: PT. Grasindo.
http://trulyrudiono.blogspot.com/2011/04/putri-ong-tien.html
http://nabillalife.blogspot.com/2010/05/fakta-fakta-dibalik-dongeng.html
http://bukukatta.blogspot.com/2010/11/putri-hase-dongeng-klasik-dari-negeri.html
http://www.goodreads.com/book/show/9222478-putri-hase
http://dhono-wareh.blogspot.com/2012/03/cerita-dongeng-cinderella-dalam-bahasa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_Merah_Bawang_Putih
http://www.isdaryanto.com/kumpulan-cerita-dongeng-anak