Tentang "Aku"

Gak banyak kata yang dapat terungkap dari sosok "Setia Ekawati." Tak banyak yang mengenalnya, namun ia banyak mengenal orang lain. Tak banyak yang peduli padanya, namun ia peduli pada sesama. Tak banyak pujian untuk untuknya, namun itu semua menjadi bagian hidupnya.

Selasa, 16 Oktober 2012

Analisis Dongeng dari Indonesia, Eropa, Jepang, dan Cina


BAB I
Pendahuluan

1.INDONESIA

Bawang Merah Bawang Putih
Latar Belakang Masalah
Bawang Merah Bawang Putih adalah dongeng populer Melayu Indonesia yang berasal dari Riau. Kisah ini bercerita mengenai dua orang gadis cantik kakak beradik yang memiliki sifat dan perangai sangat berbeda lagi bertolak belakang, serta mengenai seorang ibu tiri yang tidak adil dan pilih kasih. Dongeng ini memiliki tema dan pesan moral yang hampir sama dengan dongeng Cinderella dari Eropa.
Permasalahan
Bagaimana seorang bawang putih dapat bertahan menjalani hidupnya dengan penuh penderitaan. Karena ulah ibu dan si bawang merah yang senantiasa memerbudak si bawang putih.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur intrinsik dongeng  Bawang Merah dan Bawang Putih?
2. Apakah dongeng tersebut mengandung nilai-nilai moral?
3. Nilai-nilai moral yang bagaimana yang terdapat dalam novel tersebut?
Sinopsis
Alkisah di sebuah kampung, hiduplah seorang janda yang memiliki dua orang anak gadis yang cantik, Bawang Merah dan Bawang Putih. Ayah kandung Bawang Putih telah lama meninggal dunia. Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki sifat dan perangai yang sangat berbeda dan bertolak belakang. Bawang Putih adalah gadis sederhana yang rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati. Sementara Bawang Merah adalah seorang gadis yang malas, sombong, suka bermewah-mewah, tamak dan pendengki. Sifat buruk Bawang Merah kian menjadi-jadi akibat ibunya selalu memanjakannya. Sang janda selalu memenuhi semua permintaan dan tuntutan Bawang Merah. Selain itu semua pekerjaan di rumah selalu dilimpahkan kepada Bawang Putih. Mulai dari mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah, hampir semua pekerjaan rumah selalu dikerjakan oleh Bawang Putih seorang diri, sementara Bawang Merah dan Ibu Tiri selalu berdandan dan bermalas-malasan. Jika mereka memerlukan sesuatu, tinggal menyuruh-nyuruh Bawang Putih.
Bawang Putih tak pernah sekalipun mengeluhkan nasib buruknya. Ia selalu siap sedia melayani sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya dengan senang hati. Pada suatu hari Bawang Putih tengah mengerjakan pekerjaan rumah mencuci pakaian milik Ibu Tiri dan Saudari Tirinya. Akan tetapi Bawang Putih tak menyadari bahwa sehelai kain milik Ibu Tirinya telah hanyut terbawa arus sungai. Ketika Bawang Putih menyadarinya, ia sangat sedih dan takut bila diketahui hilangnya kain itu, maka ia akan dimarahi dan disalahkan oleh Ibu Tirinya. Bukan mustahil bahwa Bawang Putih akan dihukum bahkan diusir dari rumahnya.
Khawatir kehilangan kain tersebut, Bawang Putih dengan gigih dan tekun tetap mencarinya sambil berjalan menyusuri sepanjang sungai yang berarus deras itu. Tiap kali bertemu seseorang di sungai ia selalu menanyakan apakah mereka melihat kain tersebut. Sayang sekali tak seorangpun yang melihat dimana kain hanyut itu berada. Hingga pada akhirnya Bawang Putih tiba di bagian sungai yang mengalir ke dalam gua. Ia sangat terkejut ketika mengetahui ada seorang nenek tua yang tinggal di dalam gua tersebut. Bawang Putih menanyai nenek tua itu mengenai keberadaan kain Ibu Tirinya. Nenek tua itu mengetahui dimana kain itu berada, akan tetapi ia mengajukan syarat bahwa Bawang Putih harus membantu pekerjaan sang nenek tua. Karena telah terbiasa bekerja keras, dengan senang hati Bawang Putih menyanggupi untuk membantu sang nenek merapikan dan membersihkan gua tersebut. Nenek tua itu sangat puas dengan hasil pekerjaan Bawang Putih. Pada sore harinya Bawang Putih berpamitan kepada sang nenek. Sang nenek itu kemudian mengembalikan kain milik Ibu Tiri Bawang Putih yang hanyut di sungai, seraya menawarkan kepada Bawang Putih dua buah labu sebagai hadiah atas pekerjaannya. Dua buah labu itu berbeda ukuran, satu besar dan yang lainnya kecil. Karena Bawang Putih tidak serakah dan tamak, ia memilih labu yang lebih kecil.
Ketika kembali ke rumah, sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya amat marah karena Bawang Putih terlambat pulang. Bawang Putih pun menceritakan apa yang telah terjadi. Ibu Tiri yang tetap marah karena Bawang Putih hanya membawa sebutir labu kecil, ia kemudian merebutnya dan membanting buah itu ke tanah. "Prak..." pecahlah labu itu, akan tetapi terjadi suatu keajaiban, di dalam labu itu terdapat perhiasan emas, intan, dan permata. Mereka semua terkejut dibuatnya. Akan tetapi karena Ibu Tiri dan Bawang Merah adalah orang yang tamak, mereka tetap memarahi Bawang Putih karena membawa labu yang lebih kecil. Jika saja Bawang Putih memilih buah yang lebih besar, tentu akan lebih banyak lagi emas, intan, dan permata yang mereka dapatkan.
Karena sifat serakah dan tamak, Bawang Merah berusaha mengikuti apa yang dilakukan Bawang Putih. Dengan sengaja ia menghanyutkan kain milik ibunya, kemudian berjalan mengikuti arus sungai dan menanyai orang-orang yang ia temui. Akhirnya Bawang Merah tiba di gua tempat nenek itu tinggal. Tidak seperti Bawang Putih, Bawang Merah yang malas menolak membantu nenek itu. Ia bahkan dengan sombongnya memerintahkan nenek tua itu untuk menyerahkan labu besar itu. Maka nenek tua itu pun memberikan labu besar itu kepada Bawang Merah.
Dengan riang dan gembira Bawang Merah membawa pulang labu besar pemberian nenek tua itu. Telah terbayang dalam benaknya betapa banyak perhiasan, intan, dan permata yang akan ia miliki. Sang Ibu Tiri pun dengan gembira menyambut kepulangan putri kesayangannya itu. Tak sabar lagi mereka berdua memecahkan labu besar itu. Akan tetapi apakah yang terjadi? Bukannya perhiasan yang didapat, dari dalam labu itu keluar berbagai macam ular dan hewan berbisa. Mereka berdua lari ketakutan. Baik Ibu Tiri maupun Bawang Merah akhirnya menyadari sifat buruk dan ketamakan mereka. Mereka menyesali bahwa selama ini telah berbuat buruk kepada Bawang Putih dan memohon maaf pada Bawang Putih. Bawang Putih yang baik hati pun memaafkan mereka berdua.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Bawang Merah Bawang Putih itu sebagai berikut:
a)      Tema
Kebaikan dan kesabaran seseorang
b)      Penokohan
Bawang Putih   : gadis sederhana yang rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati
Bawang Merah : seorang gadis yang malas, sombong, suka bermewah-mewah, tamak dan pendengki
Ibu Tiri            : malas, kejam, tamak
Nenek Tua       : baik
c)      Amanat
Janganlah tamak dan sombong kepada saudara sendiri
d)     Latar
Sungai, rumah, dan gua
e)      Alur (plot)
Alur maju
f)       Gaya bahasa
-
g)      Sudut Pandang/ point of view
Orang ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a)      Norma-norma
Norma sosial:  Hendaknya saling menyayangi sesama saudara
Menganiaya anak yatim piatu

2.EROPA

Snow White (Putih Salju)
Latar Belakang Masalah
Putih Salju, (Inggris: Snow White, dalam Jerman, Schneewittchen, Turun salju pada edisi pertama adalah karakter fiksi dalam cerita dongeng yang berasal dari beberapa tempat di Eropa, versi yang paling terkenal adalah cerita oleh Grimm Bersaudara. Pada versi Jerman, terdapat elemen seperti cermin dan tujuh kurcaci.
Pada klasifikasi cerita rakyat Aarne-Thompson, Putih Salju masuk ke dalam grup 709. Cerita lain yang masuk ke dalam grup ini adalah Bella Venezia, Myrsina, Nourie Hadig, The Young Slave and Gold-Tree and Silver-Tree.
Permasalahan
Kebanyakan orang Indonesia (termasuk para penerjemah & editor) selalu salah kaprah menerjemahkan "Putih Salju" (Snow White) menjadi "Putri Salju" (Snow Princess), kesalahan penamaan yang akhirnya menjadi lebih umum, akan tetapi terjemahan yang benar adalah "Putih Salju". Princess Snow White (Putri Putih Salju) adalah tokoh dongeng dari Eropa sedangkan Snow Princess (Putri Salju) adalah terjemahan untuk 雪姫 (ゆきひめ Yuki-Hime), sebutan untuk siluman wanita salju dari Jepang. keduanya adalah tokoh yang berbeda dan tidak saling berhubungan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur intrinsik dongeng  Puteri salju (snow white)?
2. Apakah dongeng tersebut mengandung nilai-nilai moral?
3. Nilai-nilai moral yang bagaimana yang terdapat dalam dongeng tersebut?
Sinopsis
Alkisah seorang putri muda yang tinggal di istana bersama ibu tirinya. Snow White memiliki suara yang merdu. Diperlakukan buruk oleh ibu tirinya, Snow White tetap ceria. Ketika sedang menimba di sumur sambil bernyanyi, Snow White didatangi seorang pangeran. Sang Pangeran ikut bernyanyi dan Snow White jadi malu. Pangeran menyanyi lagu cinta, dan sejak itu, ia jatuh cinta pada pangeran.
Ibu tirinya tidak senang Snow White menjadi gadis tercantik. Dia pun ingin membunuh Snow White. Snow White lalu dibawa ke hutan oleh pemburu. Di hutan, Snow White bertemu seekor burung kecil yang kehilangan orangtuanya. Pemburu yang hendak membunuh Snow White tidak tega melaksanakan perintah sang ratu. Dia pun menyuruh Snow White kabur.
Snow White berlari ke dalam hutan. Dia ketakutan, terjatuh dan menangis. Namun binatang-binatang hutan datang dan menghiburnya. Dia kemudian dibawa para binatang ke pondok kurcaci. Menemukan rumah kurcaci kotor, Snow White berinisiatif untuk membersihkannya. Karena kelelahan, Snow White tertidur. Saat terbangun, Snow White berteman baik dengan para kurcaci.
Ketika ketujuh kurcaci pergi menambang permata, ibu tiri yang telah berubah wujud melalui ramuan menjadi nenek tua datang ke pondok kurcaci. Ia menipu Snow White yang sedang membuat kue pai. Katanya, kalau Snow White memakan apel pemberiannya sambil mengucapkan harapannya, harapan Snow White akan terkabul. Snow White memakan apel itu, dan ia malah jatuh tak sadarkan diri.
Snow White yang makan apel beracun tidak terselamatkan. Dia akhirnya diletakkan di dalam peti kaca. Pada musim semi, pangeran yang mendengar kabar tentang meninggalnya Snow White, mencari dan berhasil menemukannya. Dia mencium Snow White dan Snow White pun terbangun. Pangeran dan Snow White pergi menuju istana dan hidup bahagia. (kpl/dew)
Snow White adalah dongeng fiksi yang berasal dari beberapa tempat di Eropa, versi yang paling terkenal adalah cerita oleh Brothers Grimm. Pada versi Jerman, terdapat elemen 7 kurcaci dan cermin.
Selain itu, di akhir cerita, dikisahkan bahwa Putri Salju yang tewas setelah makan apel beracun, hidup lagi berkat ciuman seorang Pangeran. Setelah Putri Salju diboyong ke istana, sang Ratu dihukum. Namun berbeda dengan versi yang anda ketahui, hukuman untuk Sang Ratu sangatlah kejam. Kakinya dipasung dengan sepatu besi dan si Ratu dipaksa menari sampai mati di hadapan Putri Salju.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Putri Salju itu sebagai berikut:
a.       Tema
Kekuatan Cinta
b.      Penokohan
Puteri salju: pemalu, baik, rajin
Ibu Tiri      : jahat, licik
Pangeran   : baik, perhatian
Kurcaci     : baik
c.       Amanat
Janganlah tamak kepada orang lain
d.      Latar
Istana, hutan,
e.       Alur (plot)
Alur maju
f.       Gaya bahasa
-
g.      Sudut Pandang/ point of view
Orang ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a.       Norma-norma
Norma sosial : saling membantu antar sesama, dan saling menyayangi.

3.JEPANG

PUTRI HASE: Dongeng Klasik dari Negeri Jepang
Latar Belakang Masalah
Entah mengapa, ibu tiri selalu digambarkan sebagai sosok yang kejam. Padahal tidak semua ibu tiri seperti itu, ada juga ibu tiri yang berhati mulia, dan sayang terhadap anak tirinya dan menganggap mereka sebagai anak kandungnya sendiri. Dan saya cukup mengenal banyak ibu tiri yang berhati mulia.
Permasalahan
Dalam buku Putri Hase atau Hase-Hime, sekali lagi ibu tiri di tampilkan sebagai sosok ibu yang kejam. Ibu yang selalu memusuhi anak tirinya dan berusaha keras menyingkirkannya karena dianggap sebagai pesaing dan penghalang.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur intrinsik dongeng  Puteri Hase?
2. Apakah dongeng tersebut mengandung nilai-nilai moral?
3. Nilai-nilai moral yang bagaimana yang terdapat dalam dongeng tersebut?
Sinopsis
Berawal dari wafatnya putri Murasaki sang permaisuri, ibunda dari Hase-Hime yang saat itu baru berusia lima tahun. Pangeran Toyonari Fujiwara sang raja, kemudian menikah lagi dengan Putri Terute. Namun ternyata sifat Putri Terute tidak secantik wajahnya. Ia sangat membenci Putri Hase-Hime, anak tirinya, walaupun sang Putri Terute sudah melahirkan seorang anak laki-laki, yang menurut adat kerajaan sudah bisa dipastikan sebagai calon pengganti sang raja. Akan tetapi tetap saja hatinya tidak rela melihat sang raja membagi kasih sayangnya kepada Putri Hase.
Saat Festival Liam Mei, Putri Terute berniat memberikan minuman anggur yang telah ia beri racun untuk anak tirinya. Alih-alih memberikan anggur beracun itu kepada anak tirinya, putra kesayangannyalah yang meminum anggur beracun itu. Tragis nasib Sang pengeran cilik, tiba-tiba ia menjerit-jerit dan ambruk ke lantai disertai kejang-kejang karena kesakitan.
Mendapati kejadian tragis yang telah menimpa putra semata wayangnya, alih-alih insyaf dan bertobat, Putri Terute semakin menaruh dendam terhadap Putri Hase. Berbagai daya upaya dilakukan guna melenyapkan sang putri yang tak berdosa itu. Maka, pada suatu hari Putri Terute memesan racun dan menaruhnya di anggur yang manis. Anggur beracun ini ditaruh dalam sebuah botol. Ke dalam botol serupa lainnya diisinya dengan anggur yang baik. Pada Festival Lima Mei, anak itu, Hase-Hime sedang bermain dengan adik tirinya. Semua mainan yang terdiri dari para ksatria dan pahlawan disebar dan ia menceritakan kisah-kisah para pahlawan dan ksatria itu satu demi satu. Mereka berdua tengah menikmati waktu main-main dan tertawa riang dengan para pelayan mereka ketika ibunya masuk dengan dua botol anggur dan beberapa kue yang enak.
“Kalian berdua sangat baik dan bahagia,” kata Putri Terute yang jahat dengan seulas senyum. “Aku bawakan untuk kalian anggur sebagai hadiahnya. Ini juga ada beberapa kue yang enak untuk anak baikku.”
Ia menuang dua cangkir dari botol yang berbeda.
Hase-Hime yang tak pernah membayangkan watak jahat ibu tirinya sedang bekerja. Ia mengambil salah satu cangkir anggur dan memberikan cangkir anggur yang lain pada adik tirinya.
Perempuan jahat itu telah dengan hati-hati menandai botol yang diracun. Namun, karena masuk ke ruangan itu dengan perasaan gelisah dan menuangkan anggur dengan tergesa-gesa, secara tanpa sadar memberikan cangkir anggur beracun pada anak lelakinya sendiri. Sepanjang waktu ia memperhatikan putri kecil itu dengan cemas. Ia terheran-heran karena tak ada perubahan apa-apa di wajah putri kecil itu. Tiba-tiba anak lelakinya menjerit dan ambruk ke lantai, kejang-kejang karena kesakitan.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Puteri Hase itu sebagai berikut:
a.       Tema
Ketamakan seorang ibu tiri
b.      Penokohan
Hase-Hime      : baik,
Pangeran Toyonari Fujiwara: baik,
Putri Terute     : kejam, tamak, pendendam
c.       Amanat
Perbuatan yang tidak baik akan mendapat balasannya
d.      Latar
Istana
e.       Alur (plot)
Alur maju
f.       Gaya bahasa
-
g.      Sudut Pandang/ point of view
Orang ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a.       Norma-norma
Norma sosial   : sesama manusia hendaklah saling menyayangi bukan menjatuhkan

4.CINA

Cinderella
Latar Belakang Masalah
Cinderella adalah dongeng tradisional dengan versi yang dijumpai di banyak negara, dengan berbagai variasi.
Cinderella menjadi dongeng paling populer di dunia. Digubah dalam berbagai versi cerita dari abad ke abad. China paling awal menulis cerita ini pada tahun 860. Cerita ini tercatat dalam buku zaman Dinasti Tang berjudul The Miscellaneos Record of Yu Yang yang ditulis Tuan Chi’ing-Shih.
Charles Perrault, penulis Perancis membuat versi lain pada tahun 1697. Bersumber pada cerita rakyat yang ditulis Giambattista Basile tahun 1634. Perrault juga menulis cerita popular lainnya seperti Kisah Si Kerudung Merah, Kucing dalam Sepatu Boots, dan Putri Tidur (Sleeping Beauty). Walt Disney Production kemudian membuat Cinderella versi kontemporer dalam sebuah film animasi dan dirilis oleh Buena Vista Pictures tahun 1950.
Permasalahan
Versi yang paling populer menceritakan tentang seorang gadis yang tinggal bersama ibu tiri dan kakak tirinya yang jahat. Pada zaman dahulu kala,ada seorang gadis yang baik hati bernama Cinderella.Dia sangat baik hati dan cantik.tetapi sayang,ayahnya telah meninggal dunia.dan sepeninggal ayahnya ia tinggal bersama ibu dan saudara tirinya.setiap hari ia disiksa,dengan cara disuruh mencuci piring,mengepel lantai dan melayani mereka.Walaupun begitu Cinderella tetap percaya bahwa suatu hari ia akan hidup bahagia.Suatu hari,seorang pangeran ingin mencari permaisuri maka diadakanlah sebuah pesta dansa besar di istana, tetapi Cinderella tidak diijinkan untuk ikut. Tetapi, Ibu Peri datang dan menolongnya. Cinderella pun disulap menjadi seorang putri cantik. Di istana, sang pangeran jatuh cinta pada Cinderella, lalu mengajaknya berdansa. Cinderella jadi lupa, bahwa ia tak boleh pulang lebih dari jam 12, karena pada jam itu semua sihir Ibu Peri berakhir. Denting lonceng pukul 12 terdengar, dan Cinderella berlari. Tak terasa, sebelah sepatu kacanya terlepas dan tercecer di tangga istana. Sang pangeran memungutnya, dan mengumumkan barangsiapa kakinya pas dengan sepatu itu, siapapun dia, akan dia jadikan isteri. Namun, sepatu itu tidak pas di kaki siapapun yang mencobanya, termasuk 2 kakak tiri Cinderella. Cinderella lalu ikut mencoba, dan kakinya pas! Cinderella akhirnya menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya.
Masyarakat barat menyebut cerita Cinderella sebagai fairytales. Meski fairy berarti peri, pengertian fairytales lebih luas sebagai cerita imajinatif yang tokoh-tokohnya tidak ada di alam nyata, seperti peri dalam kisah Peter Pan, kurcaci dalam cerita Putri Salju, atau putri duyung. Kalimat khas dalam setiap fairytales adalah “once upon a time” sebagai pembuka cerita. Akar dongeng atau fairytales tak diketahui. Keduanya berkembang menjadi tradisi lisan yang dilakukan turun temurun. Cerita diadopsi oleh masyarakat setempat dengan budaya yang berbeda, sehingga lahir berbagai versi.
Bangsa barat sudah lebih dulu melek literasi dengan menuliskan dongeng ke dalam buku. Penulis Prancis, Madame d'Aulnoy menerbitkan buku pada abad ke-17. Dongeng saat itu ditujukan untuk semua umur. Salah seorang penulis dongeng terkenal adalah Grimms bersaudara asal Jerman yaitu Jacob and Wilhem. Mereka menulis ulang dongeng-dongeng daratan Eropa seperti Cinderella, Putri Salju, Hanzel and Gretel dan lain-lain.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Ciderella itu sebagai berikut:
a.       Tema
Kesabaran yang berbuah manis
b.      Penokohan
Cinderella        : baik hati,
Ibu Tiri            : jahat,
Kakak Tiri       : jahat, pemalas, tamak,
Pangeran         : baik, perhatian,
Ibu Peri           : baik, penolong, 
c.       Amanat
Janganlah iri terhadap kelebihan seseorang
d.      Latar
Rumah, istana,
e.       Alur (plot)
Alur maju
f.       Gaya bahasa
-
g.      Sudut Pandang/ point of view
Orang ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a.       Norma-norma
Norma sosial   : saling menolong

5.China

Putri Ong Tien
Latar Belakang Masalah
Bahagiakan hatimu, Puteri. Temukan perasaan cintamu. Cinta membuat dirimu hidup sebagai seorang perempuan....”
bisik Nona Mei Hua pelan.
Permasalahan
Sebagai seorang putri kaisar, Putri Ong Tien menyerahkan nasibnya pada sang ayahanda. Dengan siapa ia akan menikah kelak merupakan keputusan sepenuhnya dari sang ayah. Ia tidak mengerti apa itu cinta, apa yang membuat Nona Mei Hua, selir ayahnya bersedia dihukum demi rasa cintanya.
Sinopsis
Sosok Putri Ong Tien benar-benar mewakilli sosok perempuan China yang elegan dan cerdas. Ia juga merupakan kesayangan ayahnya.  Dibandingkan dengan  putra-putri yang lain, Putri Ong Tien terlihat lebih menonjol di bidang ilmu pelajaran dan kesenian. Ia paling senang jika mendapat kesempatan mendengarkan cerita tentang negeri seberang dari para pedagang atau penjelajah samudra yang menghadap kaisar.
Suatu saat,  Putri Ong Tien medengarkan cerita mengenai seorang ulama bernama Syarif Hidayatullah . Betapa hebat ilmu yang dimilikinya. Kemampuanya mengobati orang banyak telah telah sampai ke telinga kaisar. Sang Putra langit ingin bertemu untuk mengetahui seberapa besar kemampuannya.  Dibuatlah semacam tes guna menguji kemampua Syarif Hidayatullah
Kedatangan Syarif Hidayatullah ke istana ternyata mengakibatkan sebuah peristiwa yang menghebohkan. Peristiwa  Putri Ong Tien hamil bokor kuningan! Putra Langit yang marah mengusir Syarif Hidayatullah yang dianggap sebagai penyebab semua malapetaka. Alih-alih mendapat anugrah, Syarif Hidayatullah dipaksa meninggalkan China, juga Putri Ong Tien yang merana merendam rindu.
 "Aku merindukannya,  Nona Shu. Aku sangat merindukannya," kata Putri Ong Tien kepada pengasuhnya.
Walau harus menempuh banyak rintangan dan bahaya serta kondisinya, sang putri sudah bertekad akan pergi ke Jawa. Tekatnya sudah bulat. Kelak ini membuahkan banyak hal. Badai laut yang menyebabkan kapal karam penuh muatan keramik dan harta berharga lainnya  kelak akan merupakan harta yang tak tenilai. Salah seorang menterinya malah menjadi penguasa disebuah kadipaten.
 Tekat sang putri untuk menjadi bagian dari Kesultanan Cirebon  membuatnya diterima baik di lingkungan kerajaan. Ia tidak saja membawa suasana baru bagi lingkungan, namun juga bagi perkembangan kehidupan bermasyarakat disana.  Wujud penerimaan pihak kerabat bisa  dilihat dari adanya makam sang putri di Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati. Tidak semua istri Sunan Gunung Jati dimakamkan disana.
Kisah ini menurut pembuatnya Hj Winny Gunarti merupakan sebuah faksi, fakta dan fiksi. Kisah seorang putri  Cina yang mengandung bokor kuningan sudah cukup dikenal dimasyarakat. Kegemaran membatik sang putri dengan gambar dan warna cerah juga dikenal sebagai batik Cirebonan.  Sebuah kisah yang didasari fakta sejarah  yang dibalut fantasi, sebuah faksi.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat dalam dongeng Putri Ong Tien itu sebagai berikut:
a.       Tema
Cinta membuat dirimu hidup sebagai seorang perempuan
b.      Penokohan
Putri Ong Tien            : elegan, cerdas, penyabar
Nona Men Hua: baik, perhatian,
Syarif Hidayatullah: baik,
c.       Amanat
Jangan patah semangat menjalani hidup, meskipun rintangan menghadang
d.      Latar
Istana,
e.       Alur (plot)
Alur maju
f.       Gaya bahasa
-
g.      Sudut Pandang/ point of view
Orang ketiga pelaku sampingan
Unsur Ekstrinsik
a.       Norma-norma
Norma adat     : pengusiran seorang anak perempuan yang hamil di luar pernikahan
Norma sosial   : saling membantu sesama


Kesimpulan
Setiap kebaikan pasti akan berbuah manis dan begitu juga sebaliknya, kejahatan akan dibalas dengan hal yang setimpal dengan perbuatannya. Sebagian dari dongeng yang banyak kita lihat maupun dengar adalah kisah nyata dari beberapa negara. Dongeng yang masih ada saat ini adalah turun temurun yang di salurkan melalui lisan maupun  tulisan oleh nenek moyang kita.
Setiap dongeng dari berbagai negara di atas mempunyai cara tersendiri untuk menceritakan dongengnya masing-masing. Biasanya latar yang dipakai pada dongeng-dongeng itu adalah istana, baik itu latar utama maupun sampingan. Dan bercerita tentang penderitaan anak tiri yang kemudian mendapatkan kebahagiaan pada akhir cerita.

Daftar Pustaka
Ambarita, B. dan Atika Wasilah. 2012. Sejarah Sastra Indonesia. Medan:   Universitas Negeri Medan.
K.S, Yudiono. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.
Mursini dan Atika Wasilah. 2011. Teori Sastra. Medan : Universitas Negeri Medan.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo.
http://trulyrudiono.blogspot.com/2011/04/putri-ong-tien.html
http://nabillalife.blogspot.com/2010/05/fakta-fakta-dibalik-dongeng.html
http://bukukatta.blogspot.com/2010/11/putri-hase-dongeng-klasik-dari-negeri.html
http://www.goodreads.com/book/show/9222478-putri-hase
http://dhono-wareh.blogspot.com/2012/03/cerita-dongeng-cinderella-dalam-bahasa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_Merah_Bawang_Putih
http://www.isdaryanto.com/kumpulan-cerita-dongeng-anak