Tentang "Aku"

Gak banyak kata yang dapat terungkap dari sosok "Setia Ekawati." Tak banyak yang mengenalnya, namun ia banyak mengenal orang lain. Tak banyak yang peduli padanya, namun ia peduli pada sesama. Tak banyak pujian untuk untuknya, namun itu semua menjadi bagian hidupnya.

Selasa, 16 Oktober 2012

Mengidentifikasi Unsur Internal dan Unsur Eksternal Wacana


Kata Pengantar

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun maksud penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah Wacana. Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan hal ini disebabkan karena keterbatasan penyusun, tetapi penyusun telah berupaya semaksimal mungkin untuk membuat yang terbaik. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun khususnya
Medan,  Oktober 2012

          Penyusun.




BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Di samping itu, wacana juga terikat pada konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, dan tuturan yang mengacu pada makna yang sama, yaitu wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar. Pemahaman terhadap wacana akan memudahkan kita memahami bahasa secara lebih luas tidak saja dari struktur formal bahasa tetapi juga dari aspek di luar bahasa (konteks).
Wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkaitan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Unsur eksternal wacana merupakan sesuatu yang menjadi bagian wacana, tetapi tidak nampak secara eksplisit. Kehadiran unsur eksternal berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks.




BAB II
PEMBAHASAN

A.Unsur-unsur Internal Wacana
Unsur internal wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud satuan kata ialah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan wacana yang lebih besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan bertalian dan bergabung (Mulyana, 2005 : 9).
1.Kata dan Kalimat
Jika dilihat di dalam struktur yang lebih besar (di dalam kalimat, misalnya) kata merupakan bagian dari kalimat karena sebuah kalimat bisa terdiri atas beberapa kata yang membentuk satu pengertian yang utuh dan selesai jika dilisankan, sebuah kalimat diakhiri dengan intonasi final. Kalimat sering diandaikan seperti sebuah bangunan yang terdiri atas beberapa ruang. Padahal, bisa saja sebuah kalimat hanya terdiri atas satu kata. Namun, kalimat satu kata itu harus merupakan pengungkapan atau tuturan pendek yang memiliki esensi sebagai kalimat (satu ruang itu harus dianggap sebuah rumah). Kalimat pendek seperti itu sering terdapat pada dialog atau percakapan karena pada tempat dan situasi tertentu orang cenderung bertanya jawab dengan kalimat pendek, bahkan mungkin tidak berbentuk kalimat. Contoh:
Ketika pulang dari sekolah si A bertemu dengan si B:
A: Kemana? Kuliah, ya?
B: Enggak, mau ke rumah teman, ngerjakan tugas bersama.
Kata atau kalimat yang berkedudukan sebagai wacana harus memiliki makna yang lengkap, informasi dan konteksnya jelas untuk mendukung sebuah tuturan yang utuh. Pada dasarnya, sebuah kata atau kalimat menjadi bermakna karena selalu diandalkan adanya unsur lain yang menjadi pasangannya.
                                                              
Jadi, sebuah kalimat dapat dipahami karena adanya makna kalimat yang menjadi bandingannya itu.
Contoh:
Saya lapar.
Kalimat itu dapat dipahami pendengar atau pembaca karena diandalkan adanya unsur lain, seperti saya tidak lapar atau saya mau makan. Teks merupakan hasil proses wacana. Di dalam proses tersebut, terdapat nilai-nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Dengan demikian memahami makna suatu teks itu, tidak bisa dilepaskan dari hanya pemahaman tentang teks itu tersendiri, namun juga harus memahami tentang konteks yang menyertai teks tersebut. Jika salah dalam menafsirkan konteksnya maka pemahaman makna dan pesan teks akan terhambat. Perpaduan teks dan konteks disebut wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks pada pihak lain, Sumarlam (2005: 47) menyatakan bahwa konteks wacana adalah aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Berdasarkan pengertian tersebut, maka konteks wacana secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu konteks bahasa dan konteks luar  bahasa. Konteks wacana terdiri atas berbagai unsur seperti:
a.Latar (Setting and Scene)
b.Peserta (Participants)
c.Hasil (Ends)
d.Amanat (Act Sequence)
e.Cara (Key)
f.Sarana (Instrumentalitis)
g.Norma (Norm)
h.Jenis (Genre)



a.Latar (Setting and Scene).
Setting lebih bersifat fisik yang mengacu pada tempat dan waktu terjadinya percakapan. Sedangkan scene merupakan latar psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologis yang menyertai peristiwa tuturan. Hal tersebut terlihat pada wacana berikut ini: Waktu pukul tujuh malam, desa Sukatani sudah tampak sunyi seperti kuburan. Terpaksa aku menutup pintu rumah dan meregangkan otot di tempat tidur. Aku terbangun pukul tiga pagi. Tidak dikira, ternyata di jalan sudah banyak orang yang berlalu lalang.
b.Peserta (Participants).
Peserta yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c.Hasil (Ends).
Hasil mengacu pada tujuan akhir dan tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang diharapkan oleh penutur.
d.Amanat (Act Sequence).
Amanat mengacu pada bentuk dan isi amanat. Bentuk amanat dapat berupa surat, esai, iklan, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya.
e.Cara (Key).
Cara mengacu pada pelaksanaan percakapan, misalnya dengan cara bersemangat, santai, maupun tenang  yang meliputi nada dan sikap.
f.Sarana (Instrumentalitis).
Sarana adalah wahana komunikasi yang dapat mengacu pada pemakaian bahasa, apakah secara lisan atau tertulis.
g.Norma (Norm).
Norma mengacu pada aturan-aturan perilaku peserta percakapan, misalnya diskusi yang cenderung bersifat dua arah, sedangkan pidato cenderung satu arah. Aturan yang membatasi percakapan, seperti bagaimana cara membicarakannya;
                       
h.Jenis (Genre).
Jenis mengacu pada jenis wacana yang disampaikan, misalnya wacana koran dan wacana puisi.
2)      Teks dan koteks.

Istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis, dan wacana bahasa lisan. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan dengan naskah. Sedangkan istilah koteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks yang satu memiliki hubungan dengan teks lainnya.

B.Unsur-unsur eksternal wacana

Unsur eksternal (unsur luar) wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas implikatur, preuposisi, referensi, inferensi, dan konteks. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana.

1)      Implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang “berbeda” tersebut adalah maksud pembicara yang dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi.

2)  Istilah presuposisi adalah perkiraan, persangkaan, atau rujukan. Dengan kata lain presuposisi adalah anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuatu bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar/pembicara.

3)  Referensi adalah hubungan antar kata dengan benda (orang, tumbuhan, buku, sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Referensi merupakan perilaku pembicara/penulis.


4)  Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi berarti sebagai proses yang harus dilakukan pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah  tidak terdapat di dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara/penulis.

5) Konteks berarti yang berkenaan dengan teks, yakni benda benda atau hal-hal beserta canda bersama teks dan menjadi lingkungan itu. Menurut Brown dan Yulo (1983), konteks adalah lingkungan (envirenment) atau keadaan (circumstances) tempat bahasa digunakan. Dapat pula dikatakan bahwa konteks adalah lingkungan teks. Disamping istilah konteks dalam hasanah istilah linguistik Indonesia juga digunakan istilah lingkungan, lingkupan yang sama mempunyai makna yang berbeda karena konteks yang berbeda.

Imam Syafei menambahkan bahwa, apabila dicermati dengan saksama, konteks terjadinya suatu percakapan terdiri dari empat macam, yaitu.
a.         Konteks linguistik, yaitu kalimat-kalimat dalam percakapan;
b.         Konteks epistemis, yaitu latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh partisipant;
c.         Konteks fisik, yaitu tempat terjadinya percakapan dan objek yang disajikan dalam percakapan;
d.         Konteks sosial, yaitu relasi sosial yang melengkapi hubungan antarpelaku atau partisipan dalam suatu percakapan.



Kesimpulan
Wacana adalah kesatuan makna (temetik) antar bagian didalam suatu bangun bahasa. Dengan ketentuan makna, wacana dilihat sebagai bangunan bahasa yang utuh, karna setiap bagian didalam wacana itu berhubungan secara padu. Disamping itu wacana juga terikat pada konteks sebagai kesatuan yang abstrak.
Wacana memiliki dua unsur pendukung utama yaitu unsur dalam (internal) dan unsur has (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal wacana merupakan suatu yang menjadi bagian wacana tetapi tidak tampak secara eksplisit. Kehadiran unsur eksternal berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur unsur eksternal itu terdiri atas implikatur, presu posisi, referensi dalam konteks.

Daftar Pustaka

Http/www. joomlArt. UT belajar wacana indonesia. Com
http://andriew.blogspot.com/2011/03/pengertian-wacana-dan-analisis-wacana.html
http://anggia-pratiwi.blogspot.com/2011/03/silabus-analisis-wacana.html
http://dc444.4shared.com/doc/bxrEpUUv/preview.html
http://dinnwangsadidjaya.blogspot.com/2012/04/analisis-wacana-lirik-lagu-separuh.html
http://tianfatmanuraini.blogspot.com/2011/06/pendekatan-konteks-wacana-oleh-tian.html
http://www.scribd.com/doc/57566273/Kedudukan-Wacana
http://www.scribd.com/doc/86753679/analisis-wacana









2 komentar:

  1. Saya selau menyimak karya ilmiah saudara saudara sebagai menambah wawasan , dan sharing pengetahuan,terimakasih

    BalasHapus