Kata
Pengantar
Puji syukur penyusun ucapkan
kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.
Adapun maksud penyusunan makalah ini
adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah Wacana. Tersusunnya makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dan tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan hal ini disebabkan karena keterbatasan
penyusun, tetapi penyusun telah berupaya semaksimal mungkin untuk membuat yang
terbaik. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penyusun khususnya
Medan, Oktober 2012
Penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana
adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa.
Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena
setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Di samping itu,
wacana juga terikat pada konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana
dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, dan tuturan yang mengacu pada makna yang
sama, yaitu wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar. Pemahaman
terhadap wacana akan memudahkan kita memahami bahasa secara lebih luas tidak
saja dari struktur formal bahasa tetapi juga dari aspek di luar bahasa
(konteks).
Wacana
memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar
(eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan
unsur eksternal berkaitan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Unsur
eksternal wacana merupakan sesuatu yang menjadi bagian wacana, tetapi tidak
nampak secara eksplisit. Kehadiran unsur eksternal berfungsi sebagai pelengkap
keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas implikatur,
presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Unsur-unsur Internal Wacana
Unsur internal wacana terdiri atas
satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud satuan kata ialah tuturan yang berwujud
satu kata. Untuk menjadi susunan wacana yang lebih besar, satuan kata atau
kalimat tersebut akan bertalian dan bergabung (Mulyana, 2005 : 9).
1.Kata dan Kalimat
Jika dilihat di dalam struktur yang
lebih besar (di dalam kalimat, misalnya) kata merupakan bagian dari kalimat
karena sebuah kalimat bisa terdiri atas beberapa kata yang membentuk satu
pengertian yang utuh dan selesai jika dilisankan, sebuah kalimat diakhiri
dengan intonasi final. Kalimat sering diandaikan seperti sebuah bangunan yang
terdiri atas beberapa ruang. Padahal, bisa saja sebuah kalimat hanya terdiri
atas satu kata. Namun, kalimat satu kata itu harus merupakan pengungkapan atau
tuturan pendek yang memiliki esensi sebagai kalimat (satu ruang itu harus dianggap
sebuah rumah). Kalimat pendek seperti itu sering terdapat pada dialog atau
percakapan karena pada tempat dan situasi tertentu orang cenderung bertanya
jawab dengan kalimat pendek, bahkan mungkin tidak berbentuk kalimat. Contoh:
Ketika pulang dari sekolah si A
bertemu dengan si B:
A: Kemana? Kuliah, ya?
B: Enggak, mau ke rumah teman,
ngerjakan tugas bersama.
Kata atau kalimat yang berkedudukan
sebagai wacana harus memiliki makna yang lengkap, informasi dan konteksnya
jelas untuk mendukung sebuah tuturan yang utuh. Pada dasarnya, sebuah kata atau
kalimat menjadi bermakna karena selalu diandalkan adanya unsur lain yang
menjadi pasangannya.
Jadi, sebuah kalimat dapat dipahami
karena adanya makna kalimat yang menjadi bandingannya itu.
Contoh:
Saya lapar.
Kalimat itu dapat dipahami pendengar
atau pembaca karena diandalkan adanya unsur lain, seperti saya tidak lapar atau
saya mau makan. Teks merupakan hasil proses wacana. Di dalam proses tersebut,
terdapat nilai-nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain.
Dengan demikian memahami makna suatu teks itu, tidak bisa dilepaskan dari hanya
pemahaman tentang teks itu tersendiri, namun juga harus memahami tentang
konteks yang menyertai teks tersebut. Jika salah dalam menafsirkan konteksnya
maka pemahaman makna dan pesan teks akan terhambat. Perpaduan teks dan konteks
disebut wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks pada
pihak lain, Sumarlam (2005: 47) menyatakan bahwa konteks wacana adalah aspek
internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah
wacana. Berdasarkan pengertian tersebut, maka konteks wacana secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa. Konteks wacana terdiri atas berbagai
unsur seperti:
a.Latar
(Setting and Scene)
b.Peserta
(Participants)
c.Hasil
(Ends)
d.Amanat
(Act Sequence)
e.Cara
(Key)
f.Sarana
(Instrumentalitis)
g.Norma
(Norm)
h.Jenis
(Genre)
a.Latar
(Setting and Scene).
Setting
lebih bersifat fisik yang mengacu pada tempat dan waktu terjadinya percakapan.
Sedangkan scene merupakan latar psikis yang lebih mengacu pada suasana
psikologis yang menyertai peristiwa tuturan. Hal tersebut terlihat pada wacana
berikut ini: Waktu pukul tujuh malam, desa Sukatani sudah tampak sunyi seperti
kuburan. Terpaksa aku menutup pintu rumah dan meregangkan otot di tempat tidur.
Aku terbangun pukul tiga pagi. Tidak dikira, ternyata di jalan sudah banyak
orang yang berlalu lalang.
b.Peserta
(Participants).
Peserta
yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
c.Hasil
(Ends).
Hasil
mengacu pada tujuan akhir dan tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang
diharapkan oleh penutur.
d.Amanat
(Act Sequence).
Amanat
mengacu pada bentuk dan isi amanat. Bentuk amanat dapat berupa surat, esai,
iklan, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya.
e.Cara
(Key).
Cara
mengacu pada pelaksanaan percakapan, misalnya dengan cara bersemangat, santai,
maupun tenang yang meliputi nada dan
sikap.
f.Sarana
(Instrumentalitis).
Sarana
adalah wahana komunikasi yang dapat mengacu pada pemakaian bahasa, apakah
secara lisan atau tertulis.
g.Norma
(Norm).
Norma
mengacu pada aturan-aturan perilaku peserta percakapan, misalnya diskusi yang
cenderung bersifat dua arah, sedangkan pidato cenderung satu arah. Aturan yang
membatasi percakapan, seperti bagaimana cara membicarakannya;
h.Jenis
(Genre).
Jenis
mengacu pada jenis wacana yang disampaikan, misalnya wacana koran dan wacana
puisi.
2) Teks dan koteks.
Istilah teks lebih dekat
pemaknaannya dengan bahasa tulis, dan wacana bahasa lisan. Dalam konteks ini,
teks dapat disamakan dengan naskah. Sedangkan istilah koteks adalah teks yang
bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks
yang satu memiliki hubungan dengan teks lainnya.
B.Unsur-unsur eksternal wacana
Unsur eksternal (unsur luar) wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian
wacana, namun tidak nampak eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual
wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur
eksternal ini terdiri atas implikatur, preuposisi, referensi, inferensi, dan
konteks. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut dapat membantu
pemahaman tentang suatu wacana.
1) Implikatur
adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya
diucapkan. Sesuatu yang “berbeda” tersebut adalah maksud pembicara yang
dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud,
keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi.
2) Istilah
presuposisi adalah perkiraan, persangkaan, atau rujukan. Dengan kata lain
presuposisi adalah anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan
situasi berbahasa yang membuatu bentuk bahasa menjadi bermakna bagi
pendengar/pembicara.
3) Referensi
adalah hubungan antar kata dengan benda (orang, tumbuhan, buku, sesuatu
lainnya) yang dirujuknya. Referensi merupakan perilaku pembicara/penulis.
4) Inferensi
berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi berarti sebagai proses yang
harus dilakukan pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak
terdapat di dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara/penulis.
5) Konteks berarti
yang berkenaan dengan teks, yakni benda benda atau hal-hal beserta canda
bersama teks dan menjadi lingkungan itu. Menurut Brown dan Yulo (1983), konteks
adalah lingkungan (envirenment) atau keadaan (circumstances) tempat bahasa
digunakan. Dapat pula dikatakan bahwa konteks adalah lingkungan teks. Disamping
istilah konteks dalam hasanah istilah linguistik Indonesia juga digunakan
istilah lingkungan, lingkupan yang sama mempunyai makna yang berbeda karena
konteks yang berbeda.
Imam
Syafei menambahkan bahwa, apabila dicermati dengan saksama, konteks terjadinya
suatu percakapan terdiri dari empat macam, yaitu.
a. Konteks linguistik, yaitu
kalimat-kalimat dalam percakapan;
b. Konteks epistemis, yaitu latar belakang
pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh partisipant;
c. Konteks fisik, yaitu tempat terjadinya
percakapan dan objek yang disajikan dalam percakapan;
d. Konteks sosial, yaitu relasi sosial
yang melengkapi hubungan antarpelaku atau partisipan dalam suatu percakapan.
Kesimpulan
Wacana adalah kesatuan makna
(temetik) antar bagian didalam suatu bangun bahasa. Dengan ketentuan makna,
wacana dilihat sebagai bangunan bahasa yang utuh, karna setiap bagian didalam
wacana itu berhubungan secara padu. Disamping itu wacana juga terikat pada konteks
sebagai kesatuan yang abstrak.
Wacana
memiliki dua unsur pendukung utama yaitu unsur dalam (internal) dan unsur has
(eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan
unsur eksternal wacana merupakan suatu yang menjadi bagian wacana tetapi tidak
tampak secara eksplisit. Kehadiran unsur eksternal berfungsi sebagai pelengkap
keutuhan wacana. Unsur unsur eksternal itu terdiri atas implikatur, presu
posisi, referensi dalam konteks.
Daftar
Pustaka
Http/www. joomlArt. UT belajar wacana indonesia. Com
http://andriew.blogspot.com/2011/03/pengertian-wacana-dan-analisis-wacana.html
http://anggia-pratiwi.blogspot.com/2011/03/silabus-analisis-wacana.html
http://dc444.4shared.com/doc/bxrEpUUv/preview.html
http://dinnwangsadidjaya.blogspot.com/2012/04/analisis-wacana-lirik-lagu-separuh.html
http://tianfatmanuraini.blogspot.com/2011/06/pendekatan-konteks-wacana-oleh-tian.html
http://www.scribd.com/doc/57566273/Kedudukan-Wacana
http://www.scribd.com/doc/86753679/analisis-wacana
Makasih :)
BalasHapusSaya selau menyimak karya ilmiah saudara saudara sebagai menambah wawasan , dan sharing pengetahuan,terimakasih
BalasHapus